Jakarta – Nama Aiptu Adi Tri Sukmono, dikenal masyarakat Kelurahan Bangkle, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah (Jateng), sebagai pendiri Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) gratis. Di luar tugasnya menjaga ketertiban, dia peduli terhadap pendidikan Al-Qur’an di sekitar kediamannya.
PS Kanit Turjawali Satsamapta Polres Blora itu tak mematok tarif bagi siswa atau santri yang hendak belajar. Bagi yang tak mampu, dia mempersilakan mereka untuk belajar di TPQ Nurul Qur’an yang didirikannya itu. Sementara bagi yang bersedia, dia memperbolehkan mereka membayar semampunya.

Atas dedikasinya itu, Aiptu Adi diusulkan salah satu pembaca detikcom bernama Andy Bagus, sebagai kandidat Hoegeng Awards 2024. Nama Aiptu Adi diusulkan melalui formulir di tautan ini.

 

detikcom kemudian menghubungi Andy guna menggali cerita Aiptu Adi, Kamis (16/2/2024). Andi sendiri juga merupakan warga Kecamatan Blora, yang mengetahui aktivitas TPQ tersebut.

Dia sedikit mengetahui bagaimana awalnya TPQ tersebut berdiri. Andy menyebut mulanya, TPQ dilaksanakan di garasi milik Aiptu Adi.

“Ya awalnya TPQ itu kecil di rumahnya, terus di garasi rumahnya. Dari rekan-rekan banyak donatur, ya cukup layaklah sekarang TPQ-nya lebih luas. Ya di tanah pribadinya Pak Adi sendiri itu,” kata Andy.

Andy sendiri cukup mengenal sosok Aiptu Adi. Dia mengatakan selain menyisihkan gajinya sebagai anggota Polri, Aiptu Adi juga kerap membuka donasi.

Salah satunya ketika salah satu tenaga pengajar di TPQ tersebut tak mampu membeli accu sepeda motor. Aiptu Adi kemudian membuka donasi untuk membelikan accu motor tersebut.

“Mas Adi ke saya minta bantuan, ini kasihan accu sepeda motornya sudah soak,” sebutnya.

Setelah dana terkumpul, lanjut Andy, Aiptu Adi tak memberi tahu tenaga pengajarnya itu. Dia mulanya meminjam sepeda motor tenaga pengajarnya tersebut.

Setelah itu, dia mengganti accunya dengan yang baru. Sehingga setelah dikembalikan, accu motornya telah diganti dan bisa digunakan lebih baik.

“Jadi nggak bilang ke tenaga pengajarnya, tahu-tahu accunya sudah baik,” tuturnya.

Kata Andy, Aiptu Adi juga pernah mendapatkan hadiah umrah dari Polres Blora. Namun, Aiptu Adi merasa belum pantas pergi ke tanah suci.

Atas kerendahan hatinya, dia meminta agar hadiah tersebut dialihkan untuk mengembangkan TPQ-nya. Dia merasa hal itu akan memberikan dampak yang lebih luas.

“Beliau bukan menolak, tapi lebih asas manfaat, akhirnya dia memanfaatkan untuk TPQ-nya itu,” imbuhnya.

Aiptu Adi, kata Andy, menerima donasi berapa saja untuk TPQ-nya. Andy sendiri pernah sesekali melihat kegiatan belajar mengajar di TPQ tersebut.

“Tenaga pengajarnya memang dari yang sesuai bidangnya. Dari guru ngaji, alumni pondok pesantren, Mas Adi memfasilitasi,” bebernya.

Dihubungi terpisah, Aiptu Adi menyebut mulai membangun TPQ Nurul Qur’an sejak tahun 2019. Saat itu, jumlah muridnya hanya 9.

Seiring berjalannya waktu, TPQ tersebut mulai dikenal warga, hingga di luar Kelurahan Bangkle. Hingga kini, murid yang belajar di sana mencapai 144.

“Untuk Al-Quran dan kebutuhan santri gratis dari kita,” kata Aiptu Adi.

Karena muridnya semakin banyak, maka tenaga pendidiknya juga ditambah. Menurutnya, bagi siswa yang mampu dipersilakan berinfaq untuk membayar tenaga pendidik terebut.

Namun, hal tersebut tidak bersifat wajib. Sebab semangat TPQ tersebut dibangun yaitu untuk membantu memberi pendidikan Al-Qur’an kepada anak-anak dari keluarga tidak mampu.

“Kita menarik infaq untuk biaya gurunya saja,” ucapnya.

Saat ini, ada 14 tenaga pengajar di TPQ tersebut. Sebanyak 8 di antaranya berasal dari Kelurahan Bangkle. Sementara itu, ada 7 tingkatan pendidikan.

Usia murid di TPQ tersebut beragam. Mulai yang termuda yakni 5 tahun, hingga yang tertua sudah menginjak bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).

“Itu dari jilid 1 sampai Alquran, jadi 7 kelas,” ucapnya.

Untuk biaya operasional TPQ, Aiptu Adi sadar tak bisa sendiri. Mengandalkan gajinya sebagai anggota Polri saja, tentu tak akan maksimal.

Dia lalu membuka donasi bagi siapa saja yang bersedia membantu TPQ-nya tersebut. Mulai dari jajaran di Polres Blora, hingga masyarakat umum.

“Kalau dari saya sendiri untuk pengeluaran gaji guru kan nggak kuat. Karena sudah ada 15 guru, jadi kadang teman-teman dari Polres itu membantu juga. Terus santrinya per anak itu Rp 20 ribu bagi yang mampu. Tapi banyak juga yang tidak mampu, tidak bayar,” ucapnya.

Untuk membayar tenaga pendidiknya setiap bulan, diperlukan biaya sekitar Rp 1,5 juta. Setiap guru mendapat bayaran yang berbeda-beda.

Biaya tersebut di luar dari keperluan lainnya. Sementara untuk membeli peralatan untuk muridnya seperti Al-Qur’an, dia menyisihkan sebagian gajinya.

“Satu guru ada yang sebulan Rp 200 ribu, Rp 250 ribu, Rp 100 ribu, untuk mengganti uang bensin,” imbuhnya.

Lokasi TPQ Nurul Qur’an sendiri berada di dalam gang. Sebanyak 4 kelas berada di rumah milik Aiptu Adi. Kemudian 2 kelas ada di musala, dan 2 lainnya di rumah warga.

Sementara untuk waktu belajarnya, dilakukan setiap hari kecuali Jumat. Para murid belajar mulai sekitar pukul 15.30 WIB selepas salat Asar, hingga menjelang Magrib sekitar pukul 17.00 WIB.

“Hari Jumat kan memang khusus ibu-ibu banyak yang belajar, ada yang usia 60 tahun,” sebutnya.

Aiptu Adi memiliki cita-cita dari TPQ tersebut ke depannya. Dia bersama orang tua murid lainnya menginginkan agar TPQ tersebut memiliki pondok.

Namun, beberapa kendala saat ini tengah dihadapinya. Salah satunya kurangnya lahan yang dimiliki Aiptu Adi.

“Kalau cita-cita ke depan kan banyak dari wali santri itu inginnya dibikin pondok gitu. Ini kita kendalanya kan di tempat, sedangkan santrinya banyak,” bebernya.

 

Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Luthfi, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Satake Bayu, Kombes Pol Andhika Bayu Adhittama, Jawa Tengah, Jateng, AKBP Sigit, AKBP Suryadi, AKBP Erick Budi Santoso, Iptu Mohammad Bimo Seno, Kompol Joko Lelono, AKBP Hary Ardianto, AKBP Bronto Budiyono